11 Januari 2009

Efektivitas Promoter Β-Actin Ikan Medaka Oryzias latipes dengan Penanda Gen hrgfp pada Ikan Lele Clarias sp. Keturunan F0

Promoter merupakan salah satu faktor penentu dalam teknologi transgenesis. Pada penelitian ini efektivitas promoter β-actin ikan medaka diuji pada telur ikan lele fase 1 sel dan 2 sel. Penelitian dilakukan di Laboratorium Pengembangbiakan dan Genetika Ikan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini berlangsung selama 3 bulan. Insersi promoter dilakukan dengan cara menginjeksi telur hasil pemijahan buatan dengan plasmid DNA pmβ-actin–hrGFP pada fase telur 1 sel dan 2 sel. Konsentrasi DNA yang digunakan adalah 20 µg/ml. Perkembangan embrio diamati pada 8, 12, 16, 20 24 jam setelah gen disuntikkan serta 4 dan 8 jam setelah telur menetas. Derajat kelangsungan hidup embrio (DKH), derajat penetasan (DP) dan persentase embrio mengekspresikan transgen (PEMT) dicatat selama pengamatan. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa promoter β-actin ikan medaka aktif pada ikan lele, dengan adanya ekspresi gen hrGFP pada embrio setelah 8, 12, 16, 20 24 jam setelah penyuntikan serta 4 dan 8 jam setelah telur menetas. Nilai DKHkontrol pada jam ke-24 adalah 97,1% dan untuk DKHinjeksi pada jam ke-24 adalah 85,7%. Untuk PEMT pada telur yang disuntik pada fase 1 sel mempunyai persentase yang lebih tinggi (66,7%) dibanding telur yang disuntik pada fase 2 sel (50,0%). Derajat penetasan memperlihatkan bahwa jumlah telur untuk penyuntikan pada fase 1 sel lebih tinggi (93,33%) dibanding dengan yang disuntik pada fase 2 sel (55,0%). Total jumlah telur yang berhasil disuntik adalah 35 butir dan yang terekspresi sebanyak 20 butir (57,1%).


MH. Fariduddin Ath-thar, Komar Sumantadinata, Alimuddin dan Rudhy Gustiano

Promoter β-actin ikan medaka (Oryzias latipes) dapat digunakan untuk membuat ikan lele dan ikan mas transgenik

Promoter sebagai pengatur spasial-temporal ekspresi suatu gen merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan transgenesis. Sebagai langkah awal pengembangan teknologi transgenesis pada ikan di Indonesia, dilakukan penelitian untuk mengetahui apakah promoter β-actin (mBA) dari ikan medaka (Oryzias latipes) aktif pada ikan lele (Clarias sp.) dan ikan mas (Cyprinus carpio), dua jenis ikan budidaya yang berbeda famili. Konstruksi gen pmBA-hrGFP dengan promoter mBA dan gen target “humanized Renilla reniformis green fluorescent protein” (hrGFP) disuntikkan ke sitoplasma embrio fase satu sel menggunakan mikroinjektor. Aktivitas promoter mBA dianalisa dengan cara mengamati ekspresi sementara (transient expression) gen hrGFP menggunakan mikroskop fluorescent. Kelangsungan hidup embrio dihitung sebelum telur menetas, sedangkan derajat penetasan dihitung pada saat setelah semua telur menetas. Pengamatan menunjukkan bahwa ekspresi gen hrGFP sekitar 8 jam setelah pembuahan (jsp) pada embrio ikan lele terlihat cukup jelas, sementara pada 24-jsp telah mengalami penurunan ekspresi. Pada ikan mas, tingkat ekspresi gen hrGFP pada saat 8-jsp masih rendah sedangkan mencapai puncaknya sekitar 12-18 jam setelah menetas dan menurun setelah 24 jam dari waktu menetas. Sekitar 57% (20/35) embrio ikan lele yang telah disuntik mengekspresikan gen hrGFP, sementara pada ikan mas sebanyak 74% (17/23). Kelangsungan hidup embrio (SRe) dan derajat penetasan telur (HR) ikan lele dan ikan mas yang dimikroinjeksi sedikit lebih rendah dibandingkan dengan kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa promoter mBA ikan medaka aktif pada ikan lele dan ikan mas. Penelitian ini telah membuka jalan untuk pengembangan teknologi transgenesis pada ikan dalam negeri di masa datang.


MH. Fariduddin Ath-thar, Lola Irma Purwanti, Odang Carman dan Alimuddin

Perlakuan Dosis Tanin untuk Menghilangkan Daya Rekat pada Telur Lele Afrika (Clarias gariepinus)

Salah satu hal yang menjadi masalah pada inkubasi telur lele hasil pemijahan buatan di bak pembenihan adalah daya rekat telur yang terlalu tinggi. Pada perkembangannya, teknik mikroinjeksi untuk insersi gen juga memerlukan telur yang bisa diberikan perlakuan secara terpisah. Sehingga perlu digunakan teknik untuk menghilangkan daya rekat telur. Salah satu bahan yang selama ini terbukti bisa digunakan untuk menghilangkan daya rekat telur pada catfish adalah tanin. Pada penelitian ini dianalisa dosis yang paling efektif untuk menghilangkan daya rekat pada telur lele afrika (Clarias gariepinus). Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengembangbiakan dan Genetika Ikan, Institut Pertanian Bogor. Pembuahan dilakukan dengan mencampur sperma dengan telur pada wadah kering kemudian diaktivasi dengan air bersih. Setelah pembuahan, telur dipisahkan ke dalam masing-masing wadah perlakuan yang terdiri dari 0,3 ppm tanin; 0,5 ppm tanin; 0,7 ppm tanin; 0,9 ppm tanin dan kontrol (tanpa tanin). Larutan tanin untuk tiap-tiap perlakuan kemudian ditambahkan ke dalam wadah berisi telur yang telah dibuahi. Setelah diaduk dan dibiarkan 15detik, larutan tanin dibuang dan telur dicuci 3 kali dengan air bersih untuk menghindari kematian pada telur. Telur hasil perlakuan dipindahkan ke dalam akuarium dan diaerasi. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa semua perlakuan dosis dapat mengurangi daya rekat pada telur. Perlakuan dosis 0,7 ppm memberikan hasil terbaik dengan derajat pembuahan (78,0% ± 7,0), derajat tetas (87,6% ± 5,7) dan derajat kelangsungan hidup larva (78,7% ± 10,5) setelah 24 jam menetas tertinggi dibandingkan perlakuan yang lain dan kontrol. Selain itu, perlakuan 0,7 ppm juga menunjukkan hasil berbeda nyata dibanding perlakuan yang lain (P< 0,05)

MH. Fariduddin Ath-thar dan Rudhy Gustiano