04 Februari 2009

EFFECTIVITY OF TANINE SOLUTION IN SUPPORTING THE SUCCESFULL OF EGGS MICROINJECTION ON AFRICAN CATFISH (Clarias gariepinus)

In gene transfer activity through microinjection, we need individual egg. Generally, the individual egg is resulted by removing the sticky layer covering egg surface. Among available solution, tanine is one alternative enabled to use for the eggs of African catfish. In this study, the effective dosage of tanine solution to remove the sticky layer of eggs was observed. The study was conducted in the Laboratory of Fish Breeding and Genetics, Bogor Agricultural University. Prior to microinjection, the eggs were immediately treated with different dosage of tanine solution after fertilization. There were four different level of dosage used as treatment, 0.3, 0.5, 0.7, and 0.9 ppm. After the treatment of tanine solution, the eggs were injected using DNA pmβ-actin-hrGFP plasmid with concentration of 20 μg/ml. The results showed that the dosage of 0.5 ppm tanine was the most effective treatment compare to the other dosages. This dosage produced 71.4% hatching rate and 57.1% transgenic embryos respectively.


By M.H. Fariduddin Ath-thar, K. Sumantadinata, Alimuddin, and R. Gustiano

11 Januari 2009

Efektivitas Promoter Β-Actin Ikan Medaka Oryzias latipes dengan Penanda Gen hrgfp pada Ikan Lele Clarias sp. Keturunan F0

Promoter merupakan salah satu faktor penentu dalam teknologi transgenesis. Pada penelitian ini efektivitas promoter β-actin ikan medaka diuji pada telur ikan lele fase 1 sel dan 2 sel. Penelitian dilakukan di Laboratorium Pengembangbiakan dan Genetika Ikan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini berlangsung selama 3 bulan. Insersi promoter dilakukan dengan cara menginjeksi telur hasil pemijahan buatan dengan plasmid DNA pmβ-actin–hrGFP pada fase telur 1 sel dan 2 sel. Konsentrasi DNA yang digunakan adalah 20 µg/ml. Perkembangan embrio diamati pada 8, 12, 16, 20 24 jam setelah gen disuntikkan serta 4 dan 8 jam setelah telur menetas. Derajat kelangsungan hidup embrio (DKH), derajat penetasan (DP) dan persentase embrio mengekspresikan transgen (PEMT) dicatat selama pengamatan. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa promoter β-actin ikan medaka aktif pada ikan lele, dengan adanya ekspresi gen hrGFP pada embrio setelah 8, 12, 16, 20 24 jam setelah penyuntikan serta 4 dan 8 jam setelah telur menetas. Nilai DKHkontrol pada jam ke-24 adalah 97,1% dan untuk DKHinjeksi pada jam ke-24 adalah 85,7%. Untuk PEMT pada telur yang disuntik pada fase 1 sel mempunyai persentase yang lebih tinggi (66,7%) dibanding telur yang disuntik pada fase 2 sel (50,0%). Derajat penetasan memperlihatkan bahwa jumlah telur untuk penyuntikan pada fase 1 sel lebih tinggi (93,33%) dibanding dengan yang disuntik pada fase 2 sel (55,0%). Total jumlah telur yang berhasil disuntik adalah 35 butir dan yang terekspresi sebanyak 20 butir (57,1%).


MH. Fariduddin Ath-thar, Komar Sumantadinata, Alimuddin dan Rudhy Gustiano

Promoter β-actin ikan medaka (Oryzias latipes) dapat digunakan untuk membuat ikan lele dan ikan mas transgenik

Promoter sebagai pengatur spasial-temporal ekspresi suatu gen merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan transgenesis. Sebagai langkah awal pengembangan teknologi transgenesis pada ikan di Indonesia, dilakukan penelitian untuk mengetahui apakah promoter β-actin (mBA) dari ikan medaka (Oryzias latipes) aktif pada ikan lele (Clarias sp.) dan ikan mas (Cyprinus carpio), dua jenis ikan budidaya yang berbeda famili. Konstruksi gen pmBA-hrGFP dengan promoter mBA dan gen target “humanized Renilla reniformis green fluorescent protein” (hrGFP) disuntikkan ke sitoplasma embrio fase satu sel menggunakan mikroinjektor. Aktivitas promoter mBA dianalisa dengan cara mengamati ekspresi sementara (transient expression) gen hrGFP menggunakan mikroskop fluorescent. Kelangsungan hidup embrio dihitung sebelum telur menetas, sedangkan derajat penetasan dihitung pada saat setelah semua telur menetas. Pengamatan menunjukkan bahwa ekspresi gen hrGFP sekitar 8 jam setelah pembuahan (jsp) pada embrio ikan lele terlihat cukup jelas, sementara pada 24-jsp telah mengalami penurunan ekspresi. Pada ikan mas, tingkat ekspresi gen hrGFP pada saat 8-jsp masih rendah sedangkan mencapai puncaknya sekitar 12-18 jam setelah menetas dan menurun setelah 24 jam dari waktu menetas. Sekitar 57% (20/35) embrio ikan lele yang telah disuntik mengekspresikan gen hrGFP, sementara pada ikan mas sebanyak 74% (17/23). Kelangsungan hidup embrio (SRe) dan derajat penetasan telur (HR) ikan lele dan ikan mas yang dimikroinjeksi sedikit lebih rendah dibandingkan dengan kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa promoter mBA ikan medaka aktif pada ikan lele dan ikan mas. Penelitian ini telah membuka jalan untuk pengembangan teknologi transgenesis pada ikan dalam negeri di masa datang.


MH. Fariduddin Ath-thar, Lola Irma Purwanti, Odang Carman dan Alimuddin